BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1.
2.
2.1.
2.1.1
Pengertian
Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang baru lahir dengan usia kehamilan atau masa gestasinya
dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 36-40 minggu. (Mitayani, 2010)
Bayi baru lahir disebut
juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja
mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya
2.500-4.000 gram. (Dewi,2010)
Masa neonatus merupakan
masa terjadinya kehidupan baru di luar uterus. terjadi proses adaptasi semua
system organ tubuh, diawali dengan aktifitas pernafasan pertama, penyesuaian
denyut jantung janin, pergerakan bayi, pengeluaran mekonium dan defekasi. Perubahan fungsi organ lain, seperti ginjal, hati, dan
sistem kekebalan tubuh belum sempurna. (Muslihatun, 2010)
2.1.2
Tanda-Tanda
Bayi Baru Lahir Sehat
1. Berat
badan bayi 2500-4000 gram.
2. Umur
kehamilan 37-40 minggu.
3. Bayi
segera menangis.
4. Bergerak
aktif, kulit kemerahan.
5. Menghisap
ASI dengan baik.
6. Tidak
ada cacat bawaan.
(gizikia.depkes,2010)
Ciri-ciri
bayi baru lahir normal
1. Lahir
aterm antara 37-42 minggu.
2. Berat
badan 2.500-4.000 gram.
3. Panjang
badan 48-52 cm.
4. Lingkar
dada 30-38 cm.
5. Lingkar
kepala 33-35 cm.
6. Lingkar
lengan 11-12 cm.
7. Frekuensi
denyut jantung 120-160 x/menit.
8. Pernafasan
±40-60 x/menit.
9. Kulit
kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan yang cukup.
10. Rambut
lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah sempurna.
11. Kuku
agak panjang dan lemas.
12. Nilai
APGAR >7.
13. Gerak
aktif.
14. Bayi
lahir langsung menangis kuat.
15. Refleks
Rooting (mencari putting susu dengan
rangsangan taktil pada pipi dan daerah mulut) sudah terbentuk dengan baik.
16. Refleks
Moro (gerakan memeluk bila di
kagetkan) sudah terbentuk dengan baik.
17. Refleks
Sucking (isap dan menelan) sudah terbentuk dengan
baik.
18. Refleks
Grasping (menggenggam) sudah baik.
19. Genetalia:
a. Pada
laki-laki kematangan ditandai dengan testis yang berada pada skrotum dan penis
yang berlubang.
b. Pada
perempuan kematangan ditandai dengan vagina dan uretra yang berlubang, serta
adanya labia minora dan mayora.
20. Eliminasi
baik yang di tandai dengan keluarnya mekonium dalam 24 jam pertama dan berwarna
hitam kecoklatan.
2.1.3 Periode Transisi
Periode transisi dibagi menjadi tiga
tahap. Tahap pertama adalah periode pertama reaktifitas dimulai pada saat bayi
baru lahir dan berlangsung selama 30
menit. Tahap kedua periode tidur berlangsung sekitar 30 menit setelah kelahiran
bayi sampai 2 jam. Tahap ketiga periode kedua reaktivitas dari usia sekitar 2
jam sampai 6 jam.
Periode
Pertama Reaktifitas
Periode yang
berakhir kira-kira 30 menit setelah bayi lahir.
Karakteristik
bayi sebagai berikut :
a. Tanda-tanda
vital: frekuensi nadi apikal yang cepat dengan irama yang tidak teratur, frekuensi
pernafasan mencapai 80 kali / menit, irama tidak teratur, ekspirasi mendengkur
serta adanya retraksi.
b. Fluktuasi
warna kulit merah muda pucat ke sianosis. Bising usus belum ada atau pergerakan
usus, bayi belum berkemih.
c. Bayi masih
dengan sedikit mukus, menangis kuat, reflek menghisap yang kuat.
d. Mata bayi
terbuka lebih lama dari pada hari selanjutnya.
Saat ini adalah waktu yang paling baik
untuk memulai proses periode interaksi antara ibu dan bayi.
Asuhan :
a. Kaji dan
pantau frekuensi jantung dan pernafasan, setiap 30 menit pada 4 jam pertama setelah kelahiran.
b. Jaga bayi agar
tetap hangat (suhu aksila 36,5 0C
– 37 0C) dengan penggunaan selimut hangat diatas kepala.
c. Tempatkan ibu
dan bayi bersama-sama kulit ke kulit, untuk memfasilitasi interaksi ibu dan
bayi.
2. Periode Tidur
Setelah
periode pertama dan berakhir 2 - 4 jam.
Karakteristik
bayi sebagai berikut :
a. Bayi dalam
keadaan tidur, frekuensi jantung dan pernafasan menurun.
b. Kestabilan
warna kulit terdapat beberapa akrosianosis.
c. Bising usus
bisa didengar.
Asuhan :
Fase tidur ini bayi tidak berespon terhadap stimulus
eksternal, orang tua dapat memeluk dan mengendongnya.
3. Periode Kedua Reaktifitas
Periode kedua
reaktivitas berakhir sekitar 4 - 6 jam.
Karakteristik
:
a. Bayi mempunyai
tingkat sensivitas tinggi terhadap stimulus internal dan lingkungan. Kisaran
frekuensi nadi apikal dari 120 sampai 160 kali / menit dan dapat bervariasi
mulai (< 120 kali / menit) hingga takikardia
(> 160 kali / menit). Frekuensi pernafasannya berkisar dari 30
sampai 60 kali / menit, dengan
periode pernafasan yang lebih cepat, tetapi pernafasan tetap stabil (tidak ada
pernafasan cuping hidung ataupun retraksi).
b. Fluktuasi
warna kulit dari warna merah jambu atau kebiruan ke sianotik ringan disertai
dengan bercak-bercak.
c. Bayi kerap
kali berkemih dan mengeluarkan mekonium selama periode ini.
d. Peningkatan
sekresi mukus dan bayi tersedak saat sekresi.
e. Reflek
menghisap sangat kuat dan bayi sangat aktif.
Asuhan :
a. Observasi bayi
terhadap kemungkinan tersedak saat pengeluaran mukus.
b. Observasi
kemungkinan apnoe dan stimulasi segera jika diperlukan misalnya, masase
punggung bayi, miringkan bayi.
c. Kaji kebutuhan
bayi untuk memberikan ASI.
(Muslihatun,2010)
2.1.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir Terhadap
Kehidupan Di Luar Uterus
1.
Perubahan Sistem Pernapasan
Sistem
pernapasan merupakan sistem yang paling tertantang ketika mengalami perubahan
dari fase intrauterus menuju ekstrauterus. Bayi baru lahir harus mulai segera
mulai bernafas. Selama kehamilan organ yang berperan dalam respirasi
janin sampai janin lahir adalah placenta.
Paru – paru
yang bermula dari suatu titik
yang muncul dari Pharynx yang
bercabang dan kemudian cabang lagi sehingga membentuk struktur pencabangan bronkus.
Proses tersebut terus berlanjut setelah kelahiran hingga kira-kira usia anak 8 tahun sampai jumlah
bronkhiolus dan alveolus berkembang
sepenuhnya. Agar alveolus dapat berfungsi, harus ada surfaktan yang
cukup dan aliran darah ke paru-paru. Surfaktan adalah lipoprotein yang dapat
mengurangi ketegangan permukaan dalam alveoli dan membantu dalam pertukaran
gas. Bagian ini di produksi pertama kali dari usia kehamilan 20 minggu dan
jumlahnya akan terus bertambah hingga paru–paru menjadi dewasa pada minggu 30
– 34 minggu. Ketidak dewasaan paru–paru
inilah yang paling menentukan dan mengurangi kemungkinan hidupnya seorang bayi
baru lahir oleh karena luas permukaan
alveoli yang terbatas serta tidak adanya surfaktan yang memadai menyebabkan
stress pada bayi.
Fenomena yang
menstimulasi neonatus untuk nafas pertama kali, diantaranya; peristiwa mekanis
seperti penekanan toraks pada proses kelahiran pervaginam (tekanan mekanik dari
torak sewaktu melalui jalan lahir) dan tekanan yang tinggi pada toraks tersebut
tiba-tiba hilang ketika bayi lahir disertai oleh stimulus fisik, nyeri, cahaya
suara menyebabkan perangsangan pusat pernafasan. Pada saat bayi mencapai cukup bulan, kurang
dari 100 ml cairan paru–paru terdapat di dalam nafasnya. Selama proses kelahiran,
kompresi dinding dada akan membantu pengeluaran sebagian dari cairan ini dan
lebihnya akan diserap oleh sirkulasi pulmonum serta sistem
limphatik setelah kelahiran bayi. Neonatus yang dilahirkan dengan SC (Secsio Cesarea) tidak mendapat
penekanan thorak sehingga paru–parunya terisi cairan dalam waktu
yang lebih lama. Cairan yang mengisi mulut dan
trakhea sebagian dikeluarkan dan
udara mulai mengisi sistem pernafasan ini.
Aktifnya pernafasan yang pertama menimbulkan serangkaian
peristiwa diantaranya :
b.
Membantu perubahan sirkulasi janin
menjadi sirkulasi dewasa.
c.
Mengosongkan cairan dari paru–paru.
d.
Menentukan volume paru neonatus dan karakteristik fungsi paru–paru bayi baru lahir.
Dengan tarikan nafas yang pertama, udara di ruangan mulai
mengisi saluran napas besar trakhea neonatus dan bronkus. Oksigenasi yang
memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan
pertukaran udara. Peningkatan aliran darah paru akan memperlancar pertukaran
gas dalam alveolus dan menghilangklan cairan paru.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu
30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk mempertahankan
tekanan alveoli, selain adanya surfaktan
yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih
sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan
diafragmatik dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum teratur.
2.
Perubahan Sirkulasi
Karakteristik sirkulasi
janin merupakan sistem tekanan rendah, karena paru – paru masih tertutup dan
berisi cairan, organ tersebut memerlukan darah dalam jumlah minimal. Pemasangan klem
tali pusat akan menutup sistem tekanan darah dari plasenta-janin. Aliran darah
dari palsenta berhenti, sistem sirkulasi bayi baru lahir akan mandiri, tertutup dan
bertekanan tinggi. Efek yang muncul segera akibat tindakan pemasangan klem tali
pusat adalah kenaikan resistensi vaskular sistemik. Kenaikan resistensi
vaskular sistemik ini bersamaan dengan pernapasan pertama bayi baru lahir.
Oksigen dari
napas pertama ini menyebabkan otot–otot vaskular berelaksasi dan terbuka.
Paru–paru menjadi satu sistem tekanan rendah. Kombinasi tekanan ini yang
meningkat pada sirkulasi sistemik tetapi menurun pada sirkulasi paru
menimbulkan perubahan–perubahan tekanan aliran darah pada jantung. Tekanan yang
berasal dari peningkatan aliran darah pada jantung kiri menyebabkan foramen ovale menutup.
Semakin banyak darah yang mengandung oksigen melewati duktus arteriosus
menyebabkan organ ini berkontraksi sehingga membatasi arus pintas yang terjadi
melalui duktus tersebut. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong
terjadinya peningkatan sirkulasi limpe dan membantu menghilangkan cairan
paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim. Darah yang meninggalkan jantung neonatus menjadi sepenuhnya mengandung
oksigen ketika berada dalam paru dan mengalir ke seluruh jaringan tubuh yang
lain. Dalam waktu singkat perubahan–perubahan besar tekanan telah berlangsung
pada bayi baru lahir, sekalipun perubahan–perubahan ini secara anatomi tidak
selesai dalam hitungan minggu, penutupan fungsional foramen ovale dan duktus
arteriosus terjadi segera setelah kelahiran,
yang paling penting untuk dipahami bidan adalah bahwa perubahan–perubahan
sirkulasi dari janin ke bayi baru lahir berkaitan mutlak dengan kecukupan
fungsi respirasi.
3.
Termoregulasi
Bayi baru lahir
memilki kecenderungan cepat stress akibat perubahan suhu lingkungan, karena
belum dapat mengatur suhu tubuh sendiri. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan
rahim ibu yang bersuhu rata-rata 37 0C, kemudian bayi
masuk ke dalam lingkungan. Suhu ruangan
persalinan yang suhu 25 0C sangat
berbeda dengan suhu di dalam rahim.
Tiga faktor yang paling berperan dalam kehilangan panas
tubuh bayi:
a. Luasnya permukaan tubuh bayi
b. Pusat pengaturan tubuh bayi yang
belum berfungsi secara sempurna
c. Tubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas.
Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat
yang terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh
sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi menggunakan glukosa
untuk mendapatkan energy yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini
akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia
kehamilan, semakin lama persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi
kedinginan dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Suhu
tubuh normal pada neonatus adalah 36,5-37,5oC melalui pengukuran di
aksila dan rectum.
Gejala hipotermi:
1. Sejalan dengan menurunya suhu tubuh,
maka bayi menjadi kurang aktif, letargi, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI,
dan menangis lemah.
2. Pernapasan megap-megap dan lambat,
serta denyut jantung menurun.
3. Timbul sklerema: kulit mengeras
berwarna kemerahan terutama di bagian punggung, tungkai, dan lengan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
(Sulistyawati,2010)
Bayi baru lahir
dapat kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu :
a. Konveksi adalah
kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih
dingin. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan
cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi
konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau
pendingin ruangan.
Contoh: membiarkan bayi baru lahir
dekat jendela
b.
Radiasi adalah kehilangan panas yang
terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh
lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini
karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
Contoh : bayi baru lahir dibiarkan
dalam keadaan telanjang atau di biarkan dalam ruangan air conditioner(AC).
c.
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh
melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, meja,
tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi
akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apalagi bayi
diletakkan diatas benda-benda tersebut.
Contoh: hilangnya menimbang bayi tanpa
alas timbangan
d.
Evaporasi adalah jalan utama bayi
kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah
lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada
bayi yang terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan
diselimuti.
Meminimalkan
kehilangan panas bayi baru lahir, beberapa cara umum untuk mempertahankan panas
adalah sebagai berikut :
a.
Selimut, topi atau pakaian yang hangat
sebelum kelahiran.
b. Keringkan bayi
baru lahir secepatnya.
c.
Atur suhu ruangan persalinan 25 0C.
d.
Jangan lakukan penghisapan bayi baru lahir
jika alas tempat tidur basah.
e.
Tunda memandikan bayi baru lahir sampai
suhu stabil.
f.
Tempatkan area perawatan bayi baru
lahir dari jendela, dinding luar atau jalan ke pintu.
g.
Selalu menutup kepala bayi baru lahir
dan membungkus rapat tubuh bayi selama 48 jam.
Neonatus dapat menghasilkan panas dalam jumlah besar
dengan cara; menggigil, aktifitas otot dan termogenesis (produksi panas tanpa
menggigil). Sehingga dapat menyebabkan peningkatan metabolisme dan
mengakibatkan peningkatan penggunaan
oksigen oleh neonatus. Oleh karena itu kehilangan panas pada neonatus berdampak pada hipogilikemi,
hipoksia dan asidosis.
4.
Glukosa
Sebelum
dilahirkan kadar darah janin berkisar 60 hingga 70 % dari kadar darah ibu.
Dalam persiapan untuk kehidupan luar rahim seorang janin yang sehat
mencadangkan glukosa sebagai glikogen
terutama di dalam hati. Sebagian penyimpanan glikogen berlangsung pada
trimester III.
Pada saat tali
pusat diklem, bayi baru lahir harus mendapat cara untuk mempertahankan glukosa
yang sangat diperlukan untuk fungsi otak neonatus. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah menurun dalam waktu singkat (1 hingga 2 jam kelahiran). Bayi baru
lahir yang sehat hendaknya didorong untuk sesegera mungkin
mendapatkan ASI setelah dilahirkan. Seorang bayi yang mengalami stress berat
pada saat kelahiran seperti hipotermia mengakibatkan hipoksia mungkin
menggunakan simpanan glikogen dalam jumlah banyak pada jam–jam pertama
kelahiran.
Bayi baru lahir
kurang bulan, lewat bulan, dan yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim
serta distres janin merupakan resiko utama karena simpanan energi berkurang
atau digunakan sebelum lahir. Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas
dan tidak khas meliputi kejang-kejang halus, sianosis, apnea, menangis lemah,
letargi, lunglai dan menolak makanan. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah
kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak, harus di ingat hipoglikemia
dapat tanpa gejala pada awalnya.
2.1.5
Adaptasi Bayi Baru Lahir Selanjutnya
a. Perubahan Darah
Pada waktu
dilahirkan bayi baru lahir mempunyai nilai hemoglobin yang tinggi. Kadar
hemoglobin normal berkisar 13,7 hingga 20,0 g%dl. Haemoglobin janin mempunyai
daya ikat terhadap oksigen yang sangat tinggi.
Nilai–nilai
haemoglobin awal bayi baru lahir sangat dipengaruhi oleh saat pemasangan klem tali pusat dan
posisi bayi baru lahir segera setelah dilahirkan. Penempatan bayi baru lahir
dibawah perut ibu dapat menyebabkan transfusi plasenta sebesar 15 sampai 30 %
lebih besar dari volume darah. Efek samping transfusi plasenta yaitu : gangguan pernapasan, peningkatan
tekanan darah.
Jadi jika bayi
tidak diletakkan diatas perut ibu, maka tali pusat harus segera di klem.
walaupun aliran darah bisa mengalir balik dari bayi ke plasenta, keadaan ini
tidak biasa karena arteri umbilikus (yang membawa darah dari janin kembali ke
plasenta) mengalami spasme dengan cepat pada temperatur lingkungan kamar
bersalin. Jika terjadi arus balik, bayi baru lahir dapat mengalami hipovolemia
berat.
Sel darah merah
bayi baru lahir mempunyai rentang waktu hidup (lifespan) rata-rata 80 hari
(dibandingkan dengan umur hidup eritrosit dewasa selama 120 hari). Perputaran
hidup sel yang cepat ini menghasilkan lebih banyak dampak pemecahan sel,
termasuk bilirubin yang harus di metabolisme. Kelebihan bilirubin ini berperan
pada ikterus fisiologis yang terlihat pada bayi baru lahir.
b. Perubahan
Sistem Gastrointestinal
Sistem
gastrointestinal pada bayi baru lahir cukup bulan relatif sudah matang. Sebelum
lahir, janin cukup bulan melakukan hisapan dan tindakan menelan. Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih
terbatas. Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan ”gumoh” pada bayi
baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas yaitu kurang
dari 30 cc untuk seorang bayi bayi baru lahir cukup bulan, dan akan bertambah
secara lamabat bersamaan dengan pertumbuhannya.
Memberi ASI sesuai
keinginan bayi, usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi
dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya yang masuk kedalam saluran pencernaanya.
Disamping itu bayi baru lahir juga belum dapat mempertahan kan air secara
efisien di banding dengan orang dewasa, sehingga kondisi ini dapat menyebabkan
diare yang lebih serius pada neonatus.
c. Perubahan
Sistem Imunitas
a. Imunitas Alami
Sel– sel tubuh
memberikan fungsi imunitas yang terdapat pada saat lahir guna membantu bayi
baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tiga sel yang berfungsi dalam
fagositosis (menelan dan membunuh) mikroorganisme yang menyerang tubuh ketiga
sel darah ini adalah :
1)
Neutrofil polimorfomuklear.
2)
Monosit.
3)
Makrofag.
Sedangkan
sel–sel yang lain disebut sel pembunuh
alami (natural killer). Akhirnya neotrofil polimorfonuklear akan
menjadi fagosit primer dalam pertahanan penjamu (host), tetapi pada neonatus
neutrofil polimorfonuklear ini mengalami gangguan baik pada kemampuan untuk
bergerak pada arah yang benar dan dalam kemampuannya untuk melekat pada
tempat–tempat peradangan. Kekurangan fungsi ini menyebabkan suatu kelemahan
utama sistem imunitas neonatus, ketidak mampuannya mencari dan membatasi lokasi
infeksi.
Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang berfungsi mencegah atau
meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a.
Perlindungan dari membran mukosa.
b.
Fungsi saringan saluran nafas.
c.
Pembentukan koloni mikroba dikulit dan
usus.
d.
Perlindungan kimia oleh lingkungan asam
lambung.
b. Imunitas
Dapatan
Neonatus
dilahirkan dengan imunitas pasif terhadap virus yang berasal dari ibunya, janin
mendapatkan imunitas ini melalui berbagai IgG yang melintas melalui
transplasenta. Neonatus tidak memiliki imunitas pasif terhadap penyakit.
Dengan adanya defisiensi kekebalan alami dan dapatan, bayi
baru lahir rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu pencegahan terhadap mikroba seperti praktek persalinan
yang aman dan menyusui ASI dini serta deteksi dini terhadap penyakit infeksi
perlu dilakukan.
d. Perubahan
Sistem Ginjal
Ginjal bayi
baru lahir memperlihatkan penurunan aliran darah dan ginjal dan penurunan laju
filtrasi glomerolus. Hal ini dapat menimbulkan dengan mudah retensi cairan dan intoksikasi air. Fungsi tubulus
masih belum matang, yang dapat menyebabkan
kehilangan natrium dalam jumlah besar dan ketidakseimbangan elektrolit
lain. Bayi baru lahir tidak mampu melakukan pemekatan (konsentrasi) urin, yang
mencerminkan pada berat jenis urin yang rendah.
Bayi baru lahir
mengekresi sejumlah kecil urin pada 48 jam pertama kehidupan, sering kali hanya
sebanyak 30 – 60 ml. Protein atau darah tidak boleh terdapat di dalam urin bayi
baru lahir. Bidan harus senantiasa ingat bahwa masa
abdomen yang ditemukan pada pemeriksaan fisik acapkali sebenarnya ginjal dan
bisa jadi sebuah tumor, pembesaran atau penyimpangan pertumbuhan ginjal.
Tubuh bayi baru
lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih besar dari
kalium karena ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna karena
jumlah nefron masih belum sebanyak orang
dewasa, ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus
proksimal, serta Renal blood flow
relatif kurang bila dibandingkan orang dewasa.
e.
Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan
perubahan kimia dan morfologis, yaitu kenaikan kadar
protein serta penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga mulai
berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada
waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum
sempurna, contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50
mg/kg bb/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome. (Sulistyawati,2010)
2.1.6
Diagnosis
Diagnosis bayi baru
lahir pada dasarnya berguna untuk mencari atau mendeteksi sedini mungkin adanya
kelainan pada janin. Penilaian bayi pada kelahiran adalah untuk mengetahui
derajat vitalitas fungsi tubuh. Derajat vitalitas adalah kemampuan sejumlah fungsi
tubuh yang bersifat essensial dan kompleks untuk kelangsungan hidup bayi
seperti pernafasan, denyut jantung, sirkulasi darah dan reflek-reflek pimitif
seperti menghisap dan mencari putting susu.
Bila tidak ditangani
secara tepat, cepat dan benar keadaan umum bayi akan menurun secara cepat dan
bahkan meninggal. Pada beberapa bayi mungkin cepat pulih kembali dengan spontan
dalam 10-30 menit sesudah lahir namun bayi tetap mempunyai resiko tinggi untuk
cacat. Umumnya penilaian pada bayi baru lahir dipakai nilai APGAR (APGAR Score). Pertemuan SAREC di Swedia
tahun1985 menganjurkan penggunaan parameter penilaian bayi baru lahir dengan
cara sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA
Score) sesuai dengan nama tempat terjadinya konsensus. Penilaian cara ini
terutama untuk tingkat pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua
parameter yang essensial.
Tabel
1. Cara menetapkan nilai SIGTUNA
Jumlah nilai =
Nilai SIGTUNA
|
Tabel 2. Penilaian Skor APGAR
Usaha nafas(respisration)
|
Tubuh merah muda, ekstremitas biru
|
Klasifikasi :
a.
Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)
b.
Asfiksia sedang (apgar skor 4-6)
c.
Asfiksia berat (apgar skor 1-3)
2.1.7
Penatalaksanaan
1.
Mencegah kehilangan panas
Cegah
terjadinya kehilangan panas dengan:
a. Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan
tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir untuk mencegah kehilangan panas
yang disebabkan oleh evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi
dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut ibu. Mengeringkan
dengan cara menyeka tubuh bayi juga merupakan rangsangan taktil untuk bayi
memulai pernafasannya.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau
kain bersih dan hangat
Segera
setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong tali pusat, ganti handuk atau kain
yang dibasahi oleh cairan ketuban ganti dengan kain bersih dan kering. Kain
basah didekat tubuh bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses
radiasi.
c. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya
Pelukan
ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan
panas. Anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya pemberian
ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama kelahiran.
d.
Jangan segera menimbang atau memandikan bayi
baru lahir
Bayi
sebaiknya dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan bayi
beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat
membahayakan kesehatan bayi baru lahir.
2.
Mencegah terjadinya infeksi pada
bayi baru lahir
Mencegah infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi silang dan diterapkan dengan
mengacu pada kewaspadaan standar. Proses
peralatan atau instrumen harus dilakkukan secara benar dan mengikuti standar
yang ada.
Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan
dengan bayi. Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem,
gunting, pengisap lendir Delee dan
benang tali pusat telah didisenfeksi tingkat tinggi atau steril. Jangan gunakan
bola karet pengisap yang sama untuk lebih dari satu bayi. Pastikan semua
pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi sudah dalam keadaan
bersih.
Infeksi yang sering terjadi pada bayi baru lahir adalah
melalui tali pusat. Ketika janin dilahirkan, tidak lagi membutuh kan oksigen
dari ibunya karena janin sudah dapat bernafas sendiri melalui hidungnya. Karena
sudah tak diperlukan lagi, maka saluran ini harus dipotong dan di jepit atau
diikat.
Infeksi dapat terjadi pada saat pemotongan tali pusat yang
tidak menggunakan alat-alat steril dan pada saat penyembuhan tali pusat.
a. Pencegahan infeksi pada saat
pemotongan tali pusat dan mengikat tali pusat dan perawatan tali pusat.
Pemotongan
tali pusat pada bayi baru lahir normal dilakukan sekitar 2 menit setelah bayi
lahir tujuan nya untuk member cukup waktu bagi tali pusat untuk mengalirkan
darah kaya zat besi kepada bayi. jangan membubuhkan atau mengoleskan apapun ke
tampuk tali pusat. Bungkus tali pusat dengan kasa steril dalam keadaan longgar.
Lipat popok bayi di bawah tali pusat.
b. Pencegahan infeksi profilaksis pada mata
Pencegahan
ophthalmia neonatorum adalah satu
cara yang praktis dilakukan untuk mengontrol infeksi pada bayi baru lahir.
Untuk itu dapat dipakai obat mata topical seperti setetes larutan Perak Nitrat
1%, salep mata eritromisin 0,5 % atau tetrasiklin 1%. Kedua salep mata ini juga
dapat mencegah klamidia trakomatis. Berikan dalam 1 jam pertama kelahiran.
Setelah pemberian profilaksis infeksi mata, kembalikan bayi pada ibunya untuk
disusukan dan bergabung kembali.
c. Profilaksis perdarahan bayi baru
lahir
Semua
bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1mg intramuscular dip aha
kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi baru lahir.
d. Pemberian imunisasi Hepatitis B
Imunisasi
hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi hepatitis B terhadap bayi,
terutama jalur penularan ibu-bayi. Terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi
Hepatitis B . jadwal pertama imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 kali, yaitu pada
usia 0 (segera setelah lahir menggunakan Uniject),
1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, Imunisasi hepatitis B sebanyak 4 kali, yaitu pada
usia 0, dan DPT + Hepatitis B pada 2,3 dan 4 bulan usia bayi.
3.
Pemeriksaan Umum
1)
Pernafasan
Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil,
mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal.
2)
Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat di banding
bayi preterm karena kulit lebih tebal
3)
Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali
permenit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali permenit dalam
jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama beberapa hari pertama
kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika ragu, ulangi
penghitungan denyut jantung.
4)
Suhu
Suhu aksiler 36,5oC sampai 37,5oC
5)
Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan
istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi
fleksi.
Pada bayi kecil ekstremitas dalam
keadaan ektensi. Gerakan ektremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.Tonus
otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL
adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat di tenang kan jika rewel.
Bayi dapat di bangunkan jika diam atau sedang tidur.
6)
Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi
bila ekstremitas disentuh dan pembengkakan.
7)
Kulit
Warna kulit dan adanya verniks
kaseosa, pembengkakan atau bercak hitam, tanda lahir atau tanda mongol. Selama
bayi dianggap normal, beberapa kelainan kulit juga dapat dianggap normal.
Kelainan ini termasuk milia, biasanya terlihat pada hari pertama atau
selanjutnya dan eritema toksikum pada muka, tubuh dan punggung pada hari kedua
atau selanjutnya. Kulit tubuh , punggung dan abdomen yang terkelupas pada hari
pertama juga masih dianggap normal.
8)
Tali pusat
Tali pusat normal berwarna putih
kebiruan pada hari pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya
lepas setelah 7-10 hari.
9)
Berat badan normal
Berat badan lahir normal 2500-4000
gram
4.
Pemeriksaan fisik (head to toe)
1)
Kepala
Ubun-ubun,sutura, moulase,caput succedaneum, chepal
haematoma hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil.
2)
Muka
tanda-tanda paralisis
1.
Mata
keluar nanah, bengkak pada kelopak mata, perdarahan
subkonjungtiva dan kesimetrisan.
2.
3.
4.
Hidung
kebersihan, palatoskisis
5.
Mulut: labio/ palatoskisis,trush, sianosis, mukosa
kering atau basah
6.
Telinga
kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata dan kepala.
7.
Leher
Bentuk simetris/tidak, adakah pembengkakan dan
benjolan, kelainan tiroid, hemangioma, tanda abnormalitas kromodom dan
lain-lain.
8.
Klavikula dan lengan tangan
Adakah fraktur klavikula.gerakan, jumlah jari
9.
Dada
Bentuk dada, putting susu, bunyi jantung dan
pernafasan
10. Abdomen
Penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis,
perdarahan tali pusat, dinding perut dan adanya benjolan, distensi,
gastroskisis, omfalokel, bentuk.
11. Genetalia:
kelamin laki-laki, testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada
diujung penis,. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora dan
labia minora
12. Tungkai dan
kaki : gerakan, bentuk dan jumlah jari.
13. Anus :
berlubang atau tidak, fungsi sfringter ani.
14. Punggung
Bayi tengkurap raba kurvatura kolumna vertebralis,sfina
bifida, mieolomeningokel
15. Reflek:
Refleks mencari putting susu (rooting reflex), refleks menghisap (sucking reflex), refleks menelan (swallowing reflex.
16. Antoprometri
: BB, PB,LK,LD,LP,LLA
17. Eliminasi
Bayi baru lahir normal biasanya kencing lebih dari
enam kali perhari. Bayi baru lahir normal biasanya berak cair enam sampai
delapan kali perhari.
2.2
Konsep
Dasar Manajemen Kebidanan
Menurut varney (1997),
proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang dapat digunakan
dalam manajemen kebidanan. Varney berpendapat bahwa dalam melakukan manajemen
kebidanan, bidan harus memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk
menegakkan diagnosis atau masalah potensial kebidanan, juga di perlukan
kemampuan berkolaborasi atau kerjasama. Hal ini dapat digunakan sebagai dasar
dalam perencanaan kebidanan selanjutnya.
Dengan demikian proses manajemen
harus mengikuti aturan yang logis dan memberikan pengertian yang menyatakan
pengetahuan, hasil temuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu
kesatuan yang berfokus pada manajemen klien.
Proses manajemen terdiri dari 7
langkah yang berurutan dimana setiap langkah disempurnakan secara periodik.
Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi.
Langkah-langkah penerapan manajemen
kebidanan dilakukan secara berkesinambungan, yaitu:
1. Mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan
2. Menginterpretasi
data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah
3. Mengidentifikasi
diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penangananya
4. Menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan yang lain, serta rujukan berdasarkan kondisi klien
5. Menyusun
rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan
keputusan yang di buat pada langkah-langkah sebelumnya
6. Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman
7. Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan dan mengulang kembali penatalaksanaan proses
asuhan
Langkah-langkah dalam
penatalaksanaan pada dasarnya jelas,akan tetapi dalam pembahasan singkat
mengenai langkah-langkah tersebut mungkin akan lebih memperjelas proses
pemikiran dalam proses klinis yang berorientasi pada langkah ini.penulis
membatasi hanya pada kasus Bayi Baru Lahir Normal :
Ketujuh langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.1
Pengkajian
Data
Melakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi
keadaan Bayi Baru Lahir Normal.
a.
Pengkajian segera setelah Lahir
Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji adaptasi bayi
baru lahir dari kehidupan dalam uterus ke kehidupan luar uterus, yaitu dengan
penilaian apgar, meliputi appearance(warna
kulit), pulse (denyut jantung), Grimace (reflek atau respon terhadap
ransang), activity(tonus otot) and respiratory effort (usaha bernafas).
Pengkajian sudah dimulai sejak kepala tampak dangan diameter besar di vulva (crowning).
b.
Pengkajian keadaan fisik
Setelah pengkajian segera setelah lahir, untuk
memastikan bayi dalam keadaan normal atau mengalami penyimpangan.
Data subjektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan,
antara lain :
Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan
harus dikaji, adalah:
1.
Faktor genetik, meliputi kelainan/gangguan metabolik
pada keluarga dan sindroma genetik.
2.
Faktor maternal (ibu), meliputi adanya penyakit
jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal, penyakit hati, hipertensi,
penyakit kelamin, riwayat penganiayaan, riwayat abortus, RH/isoimunisasi.
3.
Faktor Antenatal, meliputi pernah ANC/ tidak, adanya
riwayat perdarahan, preklampsia, infeksi, poli/ oligohidramnion. perkembangan
janin terlalu besar/ terganggu, diabetes gestasional.
(cuningham, 2013)
4.
Faktor perinatal, meliputi premature/postmatur, partus
lama, penggunaan obat selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat,
posisi janin tidak normal,air ketuban bercampur mekonium, amnionitis, ketuban
pecah dini (KPD), perdarahan dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu
hipotensi, asidosis janin, jenis persalinan.
Data objektif bayi baru lahir yang harus dikumpulkan
antara lain:
a.
Pemeriksaan fisik
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah
apapun, lakukanlah pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.
Pemeriksaan
umum
1.
Pernafasan
Pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit, tanpa
retraksi dada dan tanpa suara merintih pada fase ekspirasi. Pada bayi kecil,
mungkin terdapat retraksi dada ringan dan jika bayi berhenti nafas secara
periodic selama beberapa detik masih dalam batas normal.
2.
Warna kulit
Bayi baru lahir aterm kelihatan lebih pucat di banding
bayi preterm karena kulit lebih tebal
b.
Denyut jantung
Denyut jantung BBL normal antara
100-160 kali permenit, tetapi dianggap masih normal jika diatas 160 kali
permenit dalam jangka waktu pendek, beberapa kali dalam satu hari selama
bbeberapa hari pertama kehidupan, terutama bila bayi mengalami distress. Jika
ragu, ulangi penghitungan denyut jantung.
c.
Suhu
Suhu aksiler 36,5oC sampai 37,5oC
d.
Postur dan gerakan
Postur normal BBL dalam keadaan
istirahat adalah kepalan tangan longgar, dengan lengan, panggul dan lutut semi
fleksi.
Pada bayi kecil ekstremitas dalam
keadaan ektensi. Gerakan ektremitas bayi harus secara spontan dan simetris
disertai gerakan sendi penuh. Bayi normal dapat sedikit gemetar.
e.
Tonus otot/tingkat kesadaran
Rentang normal tingkat kesadaran BBL adalah mulai dari
diam hingga sadar penuh dan dapat di tenang kan jika rewel. Bayi dapat di
bangunkan jika diam atau sedang tidur.
f.
Ekstremitas
Periksa posisi, gerakan, reaksi bayi bila ekstremitas
disentuh dan pembengkakan.
g.
Kulit
Warna kulit dan adanya verniks kaseosa, pembengkakan
atau bercak hitam, tanda lahir atau tanda mongol.
h.
Tali pusat
Tali pusat normal berwarna putih kebiruan pada hari
pertama, mulai kering dan mengkerut/mengecil dan akhirnya lepas setelah 7-10
hari.
i.
Berat badan normal
2500-4000gram, pada bayi besar masa kehamilan berat
bayi >4.000 gram usia kehamialn 39 minggu.
(cuningham,2013)
2.2.2
Pemeriksaan
fisik (head to toe)
1)
Kepala
Ubun-ubun,sutura, moulase,caput succedaneum, chepal
haematoma hidrosefalus, ubun-ubun besar, ubun-ubun kecil.
2)
Muka: tanda-tanda paralisis
3)
Mata:keluar nanah, bengkak pada kelopak mata,
perdarahan subkonjungtiva dan kesimetrisan.
4)
Telinga: kesimetrisan letak dihubungkan dengan mata
dan kepala.
5)
Hidung: kebersihan, palatoskisis
6)
Mulut: labio/palatoskisis,trush, sianosis, mukosa
kering atau basah
7)
Leher: pembengkakan dan benjolan
8)
Klavikula dan lengan tangan: gerakan, jumlah jari
9)
Dada: bentuk dada,putting susu, bunyi jantung dan
pernafasan
10) Abdomen:
penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, perdarahan tali pusat,
dinding perut dan adanya benjolan, distensi, gastroskisis, omfalokel, bentuk.
11) Genetalia:
kelamin laki-laki, testis berada dalam skrotum, penis berlubang dan berada
diujung penis,. Kelamin perempuan : vagina, uretra berlubang, labia mayora dan
labia minora
12) Tungkai dan
kaki : gerakan, bentuk dan jumlah jari.
13) Anus:
berlubang atau tidak, fungsi sfringter ani.
14) Punggung :
sfina bifida, mieolomeningokel
15) Reflek: moro,rooting,walking, graps sucking,
tonicneck
16) Antoprometri:
BB, PB,LK,LD,LP,LLA
17) Eliminasi:
BBL normal biasanya kencing lebih dari 6x perhari. BBL normal biasanya berak
cair enam sampai delapan kali perhari. Di curigai diare apabila frekuensi
meningkat, tinja hijau atau mengandung lendir atau darah. Perdarahan vagina
pada BBL dapat terjadi selama beberapa hari pada minggu pertama kehidupan dan
hal ini di anggap normal.
2.2.3
Interpretasi
data
Melakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis, masalah, dan keburuhan bayi
berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada langkah 1.
Contoh,
diagnosis :
1.
Bayi cukup bulan, sesuai masa kehamilan, dengan
asfiksia sedang.
2.
Bayi kurang bulan, kecil masa kehamilan dengan
hipotermi dan gangguan pernafasan.
Masalah
1.
Ibu kurang informasi
2.
Ibu menderita PEB
3.
Ibu Post SC sehingga tidak bisa melakukan skin to skin contack secara maksimal
Kebutuhan :perawatan rutin bayi baru lahir.
2.2.4
Identifikasi
Diagnosis atau masalah potensial
Mengidentifikasi
diagnosis atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan
diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi
Contoh, diagnosis
potensial:
1.
Hipotermi potensial terjadi gangguan pernafasan
2.
Hipoksia potensial terjadi asidosis
3.
Hipoglikemi potensial terjadi hipotermi
Masalah potensial
: potensial terjadi masalah ekonomi bagi orang tua yang tidak mampu, karena
bayi membutuhkan perawatan intensif dan lebih lama.
2.2.5
Identifikasi
dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/ atau ada hal yang perlu
dikonsulkan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai
kondisi bayi, contohnya adalah bayi tidak segera bernafas spontan dalam 30
detik, segera lakukan resusitasi.
2.2.6
Merencanakan
asuhan yang menyeluruh
Merencanakan
asuahan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan pada langkah sebelumnya.
Contoh :
a.
Mempertahan kan suhu tubuh bayi tetap hangat
b.
Perawatan mata
c.
Memberikan identitas bayi
d.
Memperlihatkan bayi pada orang tuanya/keluarga
e.
Memfasilitasi kontak dini pada ibu
f.
Memberikan vit K
g.
Konseling
h.
Imunisasi
2.2.7
Melaksanakan
perencanaan
Mengarahkan
atau melaksanakan rencana asuhan secara efektif dan aman.
Contoh :
a)
Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat, dengan cara
memastikan bayi tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibu, mengganti handuk/kain basah dan bungkus bayi dengan selimut dan memastikan
bayi tetap hangat dan memeriksa suhu aksila bayi.
b)
Perawatan mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena clamidia. Obat mata perlu
diberikan jam pertama setelah persalinan.
c)
Memberikan identitas bayi
Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu
dipasang segera setelah lahir. Pada alat pengenal harus dicantumkan nama (bayi
dan ibu), tanggal lahir, jenis kelamin.
d)
Memperlihat kan bayi pada orang tuanya
e)
Memberikan vit K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi
vitamin K pada bayi yang baru lahir, lakukan hal-hal sebagai berikut.
a.
Semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu
diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama 3 hari.
b.
Bayi resiko tinggi diberikan vit K parenteral dengan
dosis 0,5-1 mg IM
f)
Mengawasi tanda-tanda bahaya:
1.
Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali permenit,
terlihat dari retraksi dinding dada pada waktu bernafas.
2.
Suhu terlalu panas >38oC (febris), atau
terlalu dingin <36oC (hipotermia)
3.
Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis) atau
pucat, memar, atau bayi sangat kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru.
4.
Pemberian ASI sulit, hisapan lemah, mengantuk
beerlebihan, banyak muntah.
5.
Tali pusat, merah, bengakak, keluar cairan, bau busuk,
dan berdarah.
6.
Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar
cairan/ pus, bau busuk, pernafasan sulit.
7.
Gangguan gastrointestinal, misalnya tidak mengeluarkan
mekonium selama 3 hari pertama setelah lahir, muntah terus menerus, muntah dan
perut bengkak, tinja hijau tua atau berdarah/lendir.
8.
Tidak berkemih dalam 24 jam
9.
Menggigil atau suara tangis tidak biasa, lemas
mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus.
10. Mata bengkak
dan mengeluarkan cairan.
g)
Imunisasi
Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi di
pulangkan, berikan imunisasi BCG, anti polio oral, dan hepatitis B.
2.2.8
Evaluasi
Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang sudah diberikan, mengulangi kembali proses manajemen
dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum
efektif. Tentukan apakah perlu di kaji ulang atau diteruskan sesuai dengan
rencana kebutuhan saat itu. (Muslihatun,2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar